MEKANISME REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFIIK PADA ALKIL HALIDA
Kimia sangat dibutuhkan di dunia, banyak sekali senyawa – senyawa kimia yang terdapat di bumi kita ini, terutama dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita banyak menjumpai senyawa, baik senyawa organik maupun anorganik. Sehingga sangat perlu bagi kita untuk mempelajari kimia organik beserta senyawa-senyawanya dan reaksi-reaksinya.
A. Pengertian Reaksi Substitusi
Kimia sangat dibutuhkan di dunia, banyak sekali senyawa – senyawa kimia yang terdapat di bumi kita ini, terutama dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita banyak menjumpai senyawa, baik senyawa organik maupun anorganik. Sehingga sangat perlu bagi kita untuk mempelajari kimia organik beserta senyawa-senyawanya dan reaksi-reaksinya.
A. Pengertian Reaksi Substitusi
Reaksi substitusi adalah bentuk reaksi kimia, di mana suatu atom dalam senyawa kimia digantikan dengan atom lainnya. Reaksi substitusi adalah salah satu reaksi yang penting dalam kimia organik.Reaksi substitusi dalam kimia organik dikelompokkan sebagai elektrofilik atau nukleofilik bergantung pada reagen yang digunakan, apakah suatu zat antara yang reaktif terlibat dalam reaksi tersebut adalah suatu karbokation, suatu karbanion atau suatu radikal bebas atau apakah substratnya merupakan suatu alifatik atau aromatik. Pemahaman mendetail mengenai jenis reaksi mampu membantu untuk memprediksi produk yang dihasilkan dari reaksi tersebut. Pemahaman ini juga berguna untuk mengoptimasi suatu reaksi dengan mempetimbangkan variabel seperti suhu dan pemilihan pelarut.
Contoh dari reaksi substitusi
adalah halogenasi. Ketika gas klorin (Cl-Cl) di iradiasi, sejumlah molekul
terpisah menjadi dua radikal klor (Cl.) yang elektron bebasnya merupakan
nukleofil kuat. Satu atom H dalam metana (CH4) mampu digantikan dengan 1 atom
Cl dalam gas klorin (Cl2) menjadi metil klorida (CH3Cl) dan asam klorida (HCl).
B. Reaksi Substitusi Nukleofiik
Pada kimia organik maupun
anorganik, substitusi nukleofilik adalah suatu kelompok dasar reaksi
substitusi, di mana sebuah nukleofil yang "kaya" elektron, secara
selektif berikatan dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah gugus kimia
atau atom yang disebut gugus lepas (leaving group). Bentuk umum reaksi ini
adalah :
Nu: + R-X → R-Nu + X:
Dengan Nu menandakan nukleofil, :
menandakan pasangan elektron, serta R-X menandakan substrat dengan gugus pergi
X. Pada reaksi tersebut, pasangan elektron dari nukleofil menyerang substrat
membentuk ikatan baru, sementara gugus pergi melepaskan diri bersama dengan
sepasang elektron. Produk utamanya adalah R-Nu. Nukleofil dapat memiliki muatan
listrik negatif ataupun netral, sedangkan substrat biasanya netral atau
bermuatan positif.
Contoh substitusi nukleofilik
adalah hidrolisis alkil bromida, R-Br, pada kondisi basa, di mana nukleofilnya
adalah OH− dan gugus perginya adalah Br-.
R-Br + OH− → R-OH + Br−
Reaksi substitusi nukleofilik
sangat umum dijumpai pada kimia organik, dan reaksi-reaksi ini dapat
dikelompokkan sebagai reaksi yang terjadi pada karbon alifatik, atau pada
karbon aromatik atau karbon tak jenuh lainnya (lebih jarang). Menurut
kinetikanya, reaksi substitusi nukleofilik dapat dikelompokkan menjadi reaksi
SN1 dan SN2.
C. Pengertian Alkil Halida
Alkil
halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya diganti
dengan halogen. Tiap-tiap hydrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan dengan
halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat diganti.
Senyawa terflkuorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorocarbon, cukup
menarik karena kestabilannya pada suhu tinggi.
Alkil
halida juga terjadi di alam, meskipun lebih banyak terjadi dalam organisme air
laut daripada organisme air tawar. Halometana sederhana seperti CHCl3,
CCl4, CBr4, CH3I, dan CH3Cl adalah
unsure pokok alga Hawai Aspagonsi taxiformis. Bahkan ada senyawa
alkil halida yang diisolasi dari organisme laut yang memperlihatkan aktivitas
biologis yang menarik. Sebagai contoh adalah plocamen B, suatu turunan
triklorosikloheksana yang diisolasi dari alga merah Plocamium violaceum,
berpotensi seperti DDT dalam aktivitas insentisidalnya melawan larva nyamuk.
D. Reaksi Substitusi Nukleofilik pada Alkil Halida
Reaksi substitusi nukleofilik terjadi apabila gugus yang mengganti merupakan pereaksi nukleofil. Contoh reaksi substitusi nukleofilik adalah reaksi antara etanol dengan asam bromida menghasilkan etil-bromida.
Reaksi
Substitusi Nukleofilik Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom
karbon hibrida-sp3 yang mengikathalogen (X), menyebabkan terusirnya halogen
oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus
mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru
dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa
pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum
yang dapat dituliskan:
Contoh
masing-masing reaksi adalah:
E. Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik pada Alkil Halida
Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Pada dasarnya terdapat dua mekanisme
reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian
SN menunjukkan substitusi nukleofilik, sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan
kemudian.
A. Reaksi SN2 Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:
A. Reaksi SN2 Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X.
Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di
mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa
pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan
pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah
bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu
kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
Adapun
ciri reaksi SN2 adalah:
1. Karena
nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
2. Reaksi
terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita mereaksikan
(R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-butanol.Ion
hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi terjadi,
ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh
suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH mempunyai
perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-butanol. Jadi
reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
3. Jika
substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat apabila
R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier.
Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan ini
adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari
metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi SN2
terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >>
tersier.
B. Reaksi
SN1 Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan
antarakarbon dengan gugus pergi putus.
Gugus
pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion
karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan
nukleofil membentuk produk
Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan
sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu
substrat. Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut
ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
1. Kecapatan
reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan
reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika
karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya
aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada a gugus
yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai
hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah
penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini
masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya,
reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik.
X
yang melalui mekanisme SN1 akan berlangsung cepat jika R merupakan struktur
tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Hal ini sesuai dengan urutan
kestabilan ion karbonium, 3o-Spesies antaranya (intermediate species) adalah
ion karbonium dengan geometrik planar sehingga air mempunyai peluang menyerang
dari dua sisi (depan dan belakang) dengan peluang yang sama menghasilkan adalah
campuran rasemik Reaksi substrat R > 2o >> 1o.
F. Perbandingan Mekanisme SN1 dan SN2
Tabel
berikut memuat ringkasan mengenai mekanisme substitusi dan mebandingkannya
dengan keadaan-keadaan lain, seperti keadan pelarut dan struktur
nukleofil.
Tabel: Perbandingan reaksi SN2 dengan SN1
Tabel: Perbandingan reaksi SN2 dengan SN1
Pada
tahap pertama dalam mekanisme SN1 adalah tahap pembentukan ion, sehingga
mekanisme ini dapat berlangsung lebih baik dalam pelarut polar. Jadi halida
sekunder yang dapat bereaksi melalui kedua mekanisme tersebut, kita dapat
mengubah mekanismenya dengan menyesuaikan kepolaran pelarutnya. Misalnya,
mekanisme reaksi halida sekunder dengan air (membentuk alkohol) dapat diubah
dari SN2 menjadi SN1 dengan mengubah pelarutnya dari 95% aseton-5% air (relatif
tidak-polar) menjadi 50% aseton-50% air (lebih polar, dan pelarut peng-ion
yanglebih baik). Kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui
oleh reaksi oleh reaksi SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang
terjadi.
Permasalahan :
- Mengapa dalam reaksi mekanisme SN1 berangsung dalam dua tahap, tetapi hanya substrat (alkil halida) saja yang digunakan untuk penentuan laju reaksi dari mekanisme reaksi SN1?
- Mengapa dalam tahap reaksi mekanisme SN2 kecepatan reaksi sedikit dipengaruhi kepolaran pelarut?
- Apa maksud dari "kecendrungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah metil>primer>sekunder>>tersier. Tolong beri penjelasan!
disini saya akan menjawab permasalahan no.1 dimana mengapa reaksi mekanisme SN1 hanya substrat saja yang digunakan untuk penenuan laju reaksi. Berdasar buku yang saya baca ( Hart, Crain and Harold. 2003 . Kimia Organik Edisi Kesebelas ) , bahwa reaksi SN 1 merupakan reaksi 2 tahap, dimana pada langkah pertama berjalan lambat, ikatan antara C dan gugus pergi putus sewaktu substrat terdisosiasi ( mengion )membentuk karbokation. pada langkah kedua yang berlangsung cepat, karbokation bergabung dengan nukleofili menghasilkan produk. disini tahap penentuan laju hanya ditentukan oleh substrat saja ( unimolekuler ) dengan tidak melibatkan nukleofili karena nukleofiliknya adalah netral.
BalasHapusJawaban permasalahan no. 3 :
BalasHapusKecenderungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.Alasan untuk urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier.Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Hal itulah yang menyebabkan adanya kecendrungan reaksi SN2 yang terjadi pada alkil halida pada urutan metil>primer>sekunder>>tersier.
Saya akan menjawab pertanyaan no 2
BalasHapusMisalnya, mekanisme reaksi halida sekunder dengan air (membentuk alkohol) dapat diubah dari SN2 menjadi SN1 dengan mengubah pelarutnya dari 95% aseton-5% air (relatif tidak-polar) menjadi 50% aseton-50% air karena itu lah kecepatan reaksi sedikit dipengaruhi oleh kepolaran pelarut
Pada tahap mekanisme SN1 adalah tahap pembentukan ion, sehingga mekanisme ini dapat berlangsung lebih baik dalam pelarut polar. Jadi halida sekunder yang dapat bereaksi melalui kedua mekanisme tersebut, kita dapat mengubah mekanismenya dengan menyesuaikan kepolaran pelarutnya. Hal itu lah kecepatan reaksi sangat dipengaruhi oleh kepolaran pelarut