Mekanisme reaksi
Reaksi SN2 sering kali terjadi pada pusat
karbon sp3 alifatik dengan suatu gugus pergi yang bersifat stabil dan
elektronegatif, menempel padanya (terkadang ditulis X), yang biasanya adalah
suatu atom halida. Pemutusan ikatan C–X dan pembentukan ikatan baru (terkadang
ditulis C–Y atau C–Nu) terjadi secara simultan melalui suatu keadaan transisi
di mana suatu karbon yang menjadi target serangan nukleofilik adalah
pentakoordinat, dan kira-kira terhibridisasi sp2.
Penyerangan nukleofil pada karbon berlangsung
180° terhadap gugus pergi, karena hal tersebut menyediakan tumpang-tindih
terbaik antara pasangan elektron sunyi pada nukleofil dan orbital anti-ikatan
C–X σ*. Gugus pergi kemudian mendorong pada sisi berlawanan dan produk
terbentuk melalui inversi pada geometri tetrahedral pada atom pusat.
Jika substrat yang menjadi target serangan
nukleofilik besifat kiral, reaksi ini terkadang mengarah pada konfigurasi
(stereokimia), yang disebut sebagai inversi Walden.
Sebagai contoh reaksi SN2, penyerangan Br−
(nukleofil) pada suatu etil klorida (elektrofil) menghasilkan etil bromida,
dengan klorida lepas sebagai gugus pergi:
Penyerangan pada SN2 dapat terjadi jika rute
sisi belakang penyerangan tidak terdapat halangan sterik oleh substituen atau
substrat. Karenanya, mekanisme ini biasanya terjadi pada suatu pusat karbon
primer yang tak terhalang. Jika terdapat halangan sterik pada substrat dekat
gugus pergi, seperti pada pusat karbon tersier, substitusi yang terjadi lebih
disukai mengikuti mekanisme SN1 dibandingkan SN2, (SN1 dapat pula disukai bila
zat antara karbokation yang stabil dapat terbentuk.
Reaksi SN1 adalah sebuah reaksi substitusi
dalam kimia organik. SN1 adalah singkatan dari substitusi nukleofilik dan
"1" memiliki arti bahwa tahap penentu laju reaksi ini adalah reaksi
molekul tunggal. Reaksi ini melibatkan sebuah zat antara karbokation dan
umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder ataupun tersier, atau dalam
keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder dan tersier. Dengan alkil halida
primer, reaksi alternatif SN2 terjadi. Dalam kimia anorganik, SN1 dirujuk
sebagai mekanisme disosiatif., seperti : H2O, CH3CH2OH
Mekanisme Reaksi SN1
mekanisme reaksi SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier . Nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti : H2O, CH3CH2OH, Terdiri dari 3 tahap reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi amtara t-butil bromida dengan air.
Kecepatan reaksi akan ditentukan oleh
seberapa cepat halogenalkana terionisasi. Karena tahapan awal yang lambat ini
hanya melibatkan satu spesies, maka mekanisme ini disebut sebagai
SN1 – substitusi, nukleofilik, satu spesies yang terlibat dalam tahap
awal yang lambat.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi
yang berjalan melalui mekanisme SN1:
- Kecapatan
reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu
kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat
- Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada a gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit.
permasalahan :
1. mengapa pada mekanisme reaksi Sn1 hanya terjadi pada alkil halida tersier?
2. mengapa penentu laju reaksi sn1 ditentukan oleh reaksi molekul tunggal?
3. tuliskan satu saja perbedaan mekanisme reaksi sn1 dan sn2!
Baik saya akan menjawab nomor 3 ,reaksi SN1 terjadi pada alkil halida sekunder atau tersier, dimana atom C yang mengikat unsur halogen memiliki ikatan sp2 (sekunder) atau sp (tersier).
BalasHapussedangkan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida primer dengan jenis ikatan atom C sp3.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. SN1 adalah singkatan dari substitusi nukleofilik dan "1" memiliki arti bahwa tahap penentu laju reaksi ini adalah reaksi molekul tunggal. Reaksi ini melibatkan sebuah zat antara karbokation dan umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder ataupun tersier, atau dalam keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder dan tersier. Dengan alkil halida primer, reaksi alternatif SN2 terjadi. Dalam kimia anorganik, SN1 dirujuk sebagai mekanisme disosiatif. reaksi SN1 berjalan melalui dua tahap (tidak meliputi protonasi atau deprotonasi). Tahap penentu laju reaksi ada pada tahap pertama, oleh karena itu laju reaksi dari keseluruhan reaksi secara umum sama dengan laju pembentukan karbokation dan tidak melibatkan konsentrasi nukleofil. Oleh karena itu kenukleofilikan tidak menjadi faktor kelajuan reaksi dan laju keseluruhan reaksi hanya bergantung pada konsentarsi pereaksi.
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan yang peratama, "mengapa pada mekanisme reaksi Sn1 hanya terjadi pada alkil halida tersier?"
BalasHapusMenurut literatur yang saya baca bahwa pada reaksi SN1 melibatkan sebuah zat antara karbokation dan umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder ataupun tersier, atau dalam keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder, dan tersier. Jadi pada intinya reaksi SN1 tidak hanya terjadi pada alkil halida tersier saja.